Setiap pulang
kerumah, selalu saja sepi kudapat. Teman setia hanya TV yang selalu menyala
dari pagi hari hingga tengah malam saat aku membuat tulisan ini. TV sengaja ku
setel, tapi tak kutatap. Volumenya sengaja kukencangkan hanya untuk membuat
kesan rumah men jadi ramai.
Bagusnya modem
sudahku isi. Membuka internet mencari bahan untuk tugas kuliah tadinya, eh
malah kelamaan buka jejaring social. Sebenarnya malas juga memanfaatkan
penemuan abad 20 ini. entahlah, banyak manfaat atau mudaratnya mempunyai sekian
banyak akun yang sebenarnya tak perlu, karena tidak melalui dunia maya ini kami
juga bisa saling bercengkrama. Toh, temanku ya paling itu-itu saja. Yah, paling adalah beberapa teman baru dan
teman yang sudah lama tak jumpa. Tapi balik lagi ya itu-itu saja. Sebenarya manfaat
lain juga banyak. Seperti informasi mengenai apapun mudah dijangkau karena
deras bergulir mengganti timeline sebelumnya.
Aku kembali menatap
layar netbookku. Kubuka akun facebook, twitter, blog, email, youtube,
minnanokyozai.jpn.net, dan tak pernah ketinggalan google. Jauh melebihi rasa
ingin tahuku terhadap tugas kuliah, aku terkadang terhanyut tenggelam membaca
status orang lain. dibawah alam sadar keingin tahuan bertambah hingga membuka
setiap profile yang kebetulah kulihat statusnya. Mencari tahu lebih mendalam
orang tersebut, lalu membuat kesimpulan. Alah mak penyakit macam apa ini… Kubilang
ini jenis penyakit baru. bisa kecanduan yang menimbulkan kerugian untuk orang
lain jika diteruskan.
Dibilang kepo, ya
ini mah pasti kepo. Tak ingin kepo, gak bakal bisa. Munafik kalau ada orang gak
pernah gak kepo. Apalagi jejaring social sekarang isinya curhatan semua. Aku pernah
mengalaminya. Menaruh semua isi hati kedalam setiap status. Ketika ada orang
yang berkomentar rasanya seperti menemukan orang yang mengerti atau sekedar
peduli. Apakah ini salah?
Namanya ruang social
jika didalamnya diselipkan tentang privasi lalu meluas maka itu resiko. Tapi ada
orang yang suka melakukan itu. Saya pernah, mungkin Anda juga. Tapi sekarang
saya sedang mencoba untuk memanfaatkan jejaring social ini hanya sekadarnya. Jujur
saja karena saya trauma. Ketika profil saya dilihat orang, orang mencari tau
tentang saya, bahkan ada yang tega mengerjai itu rasanya seperti sedang “ditelanjangi”.
Membuat kesimpulan seenaknya, mengutip perkataan lalu memfitnah. Hati orang
siapa yang tahu. Sungguh menyakitkan.
Mungkin ada
persegeran sikap disini. Naif memang. Tapi sayapun kapok melakukan hal yang
sama. Mungkin hanya sekadar tahu statusnya itupun jika sengaja terlihat sudah
cukup. Jika pun ingin menanggapinya ya boleh saja. Tapi jika kita ingin berbuat
lebih maka sapalah dengan privat tidak melalui jejaring social. Mungkin itu
bisa memberi penghargaan lebih apalagi dalam hal serius. Haaaah, kaku sekali
jadinya…
Entahlah, mungkin saya hanya perlu belajar sedikit
lebih bijak karena tak dapat dipungkiri saya masih butuh jejaring social ini
baik mengetahui informasi baru dan keadaan teman melalui statusnya. Lebih dari
itu baiknya ditinggalkan. Belajar kepo yang bermanfaat…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar