Sabtu, 08 Desember 2012

Penyakit KEPO


Setiap pulang kerumah, selalu saja sepi kudapat. Teman setia hanya TV yang selalu menyala dari pagi hari hingga tengah malam saat aku membuat tulisan ini. TV sengaja ku setel, tapi tak kutatap. Volumenya sengaja kukencangkan hanya untuk membuat kesan rumah men jadi ramai.
Bagusnya modem sudahku isi. Membuka internet mencari bahan untuk tugas kuliah tadinya, eh malah kelamaan buka jejaring social. Sebenarnya malas juga memanfaatkan penemuan abad 20 ini. entahlah, banyak manfaat atau mudaratnya mempunyai sekian banyak akun yang sebenarnya tak perlu, karena tidak melalui dunia maya ini kami juga bisa saling bercengkrama. Toh, temanku ya paling itu-itu saja.  Yah, paling adalah beberapa teman baru dan teman yang sudah lama tak jumpa. Tapi balik lagi ya itu-itu saja. Sebenarya manfaat lain juga banyak. Seperti informasi mengenai apapun mudah dijangkau karena deras bergulir mengganti timeline sebelumnya.
Aku kembali menatap layar netbookku. Kubuka akun facebook, twitter, blog, email, youtube, minnanokyozai.jpn.net, dan tak pernah ketinggalan google. Jauh melebihi rasa ingin tahuku terhadap tugas kuliah, aku terkadang terhanyut tenggelam membaca status orang lain. dibawah alam sadar keingin tahuan bertambah hingga membuka setiap profile yang kebetulah kulihat statusnya. Mencari tahu lebih mendalam orang tersebut, lalu membuat kesimpulan. Alah mak penyakit macam apa ini… Kubilang ini jenis penyakit baru. bisa kecanduan yang menimbulkan kerugian untuk orang lain jika diteruskan.
Dibilang kepo, ya ini mah pasti kepo. Tak ingin kepo, gak bakal bisa. Munafik kalau ada orang gak pernah gak kepo. Apalagi jejaring social sekarang  isinya curhatan semua. Aku pernah mengalaminya. Menaruh semua isi hati kedalam setiap status. Ketika ada orang yang berkomentar rasanya seperti menemukan orang yang mengerti atau sekedar peduli. Apakah ini salah?

Jumat, 20 Juli 2012

surat untuk, Bumiku...


Mengelilingi alam semesta. Itulah cita-cita kita, bumiku. Meskipun berjuta meteor  siap menghadang,  kita akan tetap bersinar bersama bintang-bintang yang turut serta menemani kebahagiaan kita selalu.

Menyelami warna indah birumu semakin membuatku terjatuh dalam rasa yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Tidak bijak jika aku berkata, orang baik hanya dengan orang baik setelah beberapa kali kekecewaan yang aku alami. Bukankah kita hanya dihadapkan sebuah pilihan dari sekian kemungkian sikap yang akan kita lakukan.

Kita mulai dengan pertemanan disetiap harinya. Teman yang bisa menerima dalam keadaan terburuk dan menjadi inspirasi untuk selalu menjadi lebih baik. Begitulah kita.

Sudah satu revolusi kita melintas bersama. Aku memang tersengal-sengal mengejarmu, tapi aku tau kau pun sabar menungguku di depan. akan tiba saatnya kita akan dalam posisi yang sama. Aku akan sampai ditempatmu. Jadi kau tak perlu lagi menungguku.
Tapi apalah arti itu semua. Bukankah semua itu sebagian dari pengorbanan yang harus dijalani dan dinikmati? Ku harap demikian adanya.

Rabu, 18 Juli 2012

Foto

 Gue bukan orang yang pandai atau menguasai teknik perfotoan. ini sengaja diunggah karena gue seneng aja sama foto-foto ini. foto ini diambil dengan modal pinjaman SLR temen hehe temanya "Rebel"... sok dinikmati... gak juga gak apa-apa :)





Senin, 02 Juli 2012

Balada Ketilang Polisi


Tahun lalu gue pernah ke tilang di lampu merah Harmoni. Waktu itu, gue baru aja begadang malamnya kumpul sama Kampreet. Tidur jam 4 pagi buat gue rada sempoyongan buat balik ke kosan. Jam 6 paginya, gue udah bangunin Ipot buat langsung cabut ke kosan tapi sebelumnya nganterin dulu si doi ke Cikini.
Mata masih merem-melek gue ngendarain motor dari Cengkareng. Sampai Roxy gue masih selamet. Ipot gue rasa masih tidur di belakang. Nyampe Harmoni, sial banget… gara-gara gak nyalain lampu gue diberentiin polisi. Padahal gue udah nyalain pas jarak sekitaran 5 meter dari dia. Tetep aja ketauan. Pas banget lampu lallu lintas udah merah. Orang lagi rame-ramenya nunggu lampu jadi ijo lagi. Berentilah gue di samping tiang lampu merah. Gue inget betul itu udah jam 7 lewat. Matahari lagi terang-benderang. Terlibatlah adu mulut ama tuh Polisi.

“Misi mbak, surat-suratnya tolong diperlihatkan?” pintanya.
Untung gue udah buat SIM dari kapan tau. Gue pamerin dah tuh SIM dan STNK.
“Gini mbak… tadi Mbak gak nyalain lampu. Jadi mbak saya tilang,” ujarnya mantap.
“Ya elah, Pak. Saya kudu ke kampus. Udah mau jam 8. Saya ada ujian, Pak!” alasan paling top yang sering digunain sama anak sekolah haha.
“Gak bisa, Mbak. Mbak udah ngelanggar peraturan tidak menyalakan lampu,” tegasnya.
Geram gue. Tadinya ngantuk jadi melotot ini mata. Ipot udah bisik-bisik nyuruh gue kalem supaya damai. Ipot juga udah bujuk-bujuk tuh polisi gak mempan juga.
“Saya tilang ya!” Polisi itu langsung nulis di kertas merah dan bersamaan mensteples SIM gue jadi satu sama tuh kertas.
“Pak, ngapain sih nyalain lampu. Kata Ibu saya, itu sama aja gak mensyukuri nikmat Tuhan. Orang terang benderang begini nyalain lampu!!!” ujar gue sedikit berteriak. Orang-orang di sekeliling gue langsung pada nengok.
Polisi sempat terdiam, lalu… “Mbak tanya saja sama RUMPUT YANG BERGOYANG!” jawabnya enteng.
Eettt dah! Tuh polisi ngelawak dia…

Jumat, 22 Juni 2012

Berwaras Ria


Sudah tengah malam rupanya. Pindah kamar kosan ke atas emang berasa Upik-Abu. Berada di paling atas rumah ibu kosan yang super baiknya. Ini baru bener-bener kosan. Dengan teman-teman perjuangan menuju titik terang perkuliahan dan kerja plus ibu kos yang berasa kaya ibu sendiri saking perhatiannya. Entah kenapa gue berasa hidup kembali. Napas terasa amat sangat lega! Meskipun ini kamar berasa masuk oven kalo siang hehe.
Oke, gue akan sedikit berlari 365 hari yang lalu. Tiba-tiba gue sangat merasa gue bagian dari orang-orang yang beruntung di muka bumi ini #lebaiii… meskipun apa yang menjadi keiinginan gue tidak ada satupun yang terealisasikan. Tapi justeru itu yang menjadikan sebuah anugerah yang luar biasa! Apa jadinya kalau gue nekat keluar kampus? Atau pindah, belum tentu ada tempat dan orang-orang senyaman disini? Terimakasih juga untuk teman-teman jurusan, mereka paling the best di kampus.
365 hari gue lewatin dengan setiap keputusan-keputusan rumit yang harusnya belum bisa gue pilih dan gak harus gue pilih. Apalagi berakibat kontroversi. Tapi entah apa yang merasuki jiwa gue saat itu, terlontar saja kata-kata ‘ya atau baiklah’ nerima saja lalu menyetop semua keadaan dan berlari. Hasilnya inilah gue sekarang. Tak ada satu pun penyesalan dengan apa yang terjadi di waktu itu. Anggaplah itu sebuah lorong yang wajib ibaratnya ‘fardua’in’ kali yang mesti gue lewatin. Dan itu amat sangat indah, meski tangis terumbar dimana-mana.

Minggu, 03 Juni 2012

menggiring rindu


Malam berpayung bintang teduh sambil memanggilmu

Berbisik pada angin yang akan membawanya padamu

Lekat terakhir bau tubuh disisa-sisa peluh keringat
saat kau bawa aku menuju bahagiamu

Dipenghujung malam,

Sunyi menjadi merdu saat ku kembali teriakan rindu di lubuk hati

Kuharap tak menjadi lara seketika saat menjemputmu di pertemuan abadi

Dan akhirnya tiba saat kita diantara kata yang akan membawa pada jawaban dan janji
untuk tidak terpisah kembali

Minggu, 20 Mei 2012

sesedih pigura prasasti


Pernah liat salah satu video klip Marcell yang memakai setting di taman prasasti Jakarta? Ya, di video klip itu taman prasasti begitu indah ditambah tatanan lampu dan ornamen pendukung lain. Tapi, kamis lalu gue coba sambangi tempat itu. Agak ngeri awalnya. Jujur aja gue paling takut liat patung yang sebesar atau melebihi besar tubuh manusia umumnya. Seperti sudah terpatri itu rasanya patung bakal narik kaki gue dari belakang *lebai dikit.

Balik lagi. Waktu itu sekitar pukul 2 siang. Berbekal ingatan Yo, gue cabut ke museum itu. Entahlah apa yang dipikiran Yo waktu minta ditemenin ke tempat itu, udah tau gue takut. Dia kekeh sumekeh katanya tuh tempat cantik banget. Dari awal masuk gerbang meskipun terang-benderang matahari, gue tetep pegangin baju yo. Itu isinya kuburan penjajah semua, gan… gimana gak merinding.


Namanya prasasti. Macem-macem bentuknya. FYI aja nih, itu museum dibangun pas zaman gubernur Ali Sadikin sekitar tahun 70’an. isinya kuburan-kuburan dan yang bikin istimewa adalah prasasti-prasasti yang tak lazim yang biasa ada dikuburan orang pribumi. Gaya keeropaan full ada disetiap sudut. Tulisan-tulisan dan pigura-pigura yang menampilkan kesedihan nampak jelas disetiap prasasti. Satu yang bikin gue sempet terenyuh ada satu prasasti yang tulisannya “Loving in memory of My Dear Husband Frederic Bonhote born in London 1860 died in Batavia” biasanya hanya Rest In Place, jelas betul di sini coba diungkapkan kecintaan istri kepada suaminya. Dan masih banyak lagi.


merah






Jumat, 13 April 2012

Menggema di hati “Gema Sebuah Hati” karya Marga T


Saya dulu hanya mengenal Marga T sebagai salah satu penulis yang terkenal waktu SD dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia. Saya juga belum menemukan karyanya di sekolah atau pun di tempat lainnya. Sekilas coba iseng-iseng searching buku-buku baru, saya langsung jatuh hati dengan buku ini, “Gema sebuah hati” cetakan kesepuluh karya Marga T, bercerita romansa kehidupan dari kacamata kaum muda tionghoa di Ibukota menjelang dan pasca G30S.  Ditambah covernya yang kekinian membuat saya tak ragu untuk menjadikannya koleksi pertama Marga T di rak buku saya. (Jujur saya memang selalu melihat buku from the cover, meski saya akan tetap membaca resumenya sebelum membeli. Entahlah, kadang bungkus itu penting juga untuk membuat kesan pertama begitu menggoda hehe). 


Baiklah, saya akan mulai sedikit mengulas apa isi bukunya. Monik, menjadi tokoh utama di novel ini. gadis keturunan tionghoa yang merantau ke Jakarta untuk merajut mimpinya menjadi dokter di Res Publica (sekarang Trisakti). Sebagai angkatan pertama kedokteran, monik dan teman-teman seangkatannya mencoba untuk membangun jurusannya menjadi yang terbaik. Maklum, ternyata dilatar belakang waktu 65’an mungkin jauh sebelumnya juga pakem universitas negeri selalu yang terbaik memang sudah terpatri di otak masyarakat. (Oh, ya… jangan heran setelah membaca buku ini kita akan merasa seperti dokter karena ulasan tentang ilmu-ilmu kedokteran juga banyak dibahas)

Marga T juga berhasil membangun kehidupan masyarakat yang sulit saat BBM naik diera pemerintahan rezim tersebut. Bagaimana paham kiri menjadi dominan yang harus di amini masyarakat agar hidupnya aman dan tentram. Kalau kaum muda sekarang bebas memakai merk-merk barat, bebas ke klub, dansa, nonton flim dan membaca buku asal barat, Monik dan teman-temannya hanya berkutat dengan barang-barang pemberian pemerintah. Bahkan buku-buku kuliah sulit didapat. Era politik tertutup yang diberlakukan menjadi bomerang sendiri bagi rakyat pada saat itu yang serba kekurangan.

Minggu, 01 April 2012

Diam


Kadang saya diam.

Diam bosan.

Bosan akut.

Akut yang sudah terpatri.

Terpatri meski meronta.

Meronta ingin berkata.

Kata ‘kecil’ dari ‘mulut yang lebar’.

Mengendalikan ‘harimau’ lebih sulit.

Makanya aku DIAM.

kuburan pengharapan


"Siap dikubur?" tanya seseorang berpakaian hitam-hitam. Ditangannya terselip sebuah sekop panjang. Didepannya terdapat gundukan tanah merah bekas galiannya sendiri.
Aku mengangguk dengan muka tertutup tangan. Rasanya tak sanggup kehilangannya.
Orang-orang di sekelilingku kembali menasehati, "sebaiknya dikubur, sebelum org itu menyadari dan kau akan tersakiti.”
Aku mengangguk sekali lagi.  Tapi kali ini ketakutan menyelimuti sebagian hatiku. Tetap tak berani melihat.

Senin, 20 Februari 2012

Receipt : a cup of hot GALAU


6 sendok pahit yang kuambil dari pohon yang sudah lama sengaja ku simpan dalam gentong hati
3 sendok kenangan manis

2 tetes kehampaan

dan 1 bongkah cinta yang terselip

ku campur dalam asmara

and olala… this is it…

secangkir GALAU panas untuk malam ini.

Mantap dinikmati dengan sahabat dan ditemani cerita hati diselingi beberapa tangis dan tawa yang mungkin tercipta setelah habis.

#Untitled 2


Meradu dalam asa

Di bawah senja tak tertata

Membakar jenuh diteduh hujan

Berbayang semu indah

Lihat dia tak bernyawa

Air turun menjadi beku

Tubuh kaku mencair setiba matahari muncul

Asa menguap dan aku kembali tertidur

Sabtu, 11 Februari 2012

Ma'mae'


Duh, ini rupanya kau. Pantas saja Mae, sahabatku, membencimu. Jelas saja, kau sungguh menjijikan. Kau tau itu?
Datang dengan sendirinya dan membawa petaka. Aku tahu sahabatku itu sangat kuat. Dia selalu sehat dan tak pernah sakit. Sampai kau datang berdiam disana dalam waktu yang lama.
Aku juga sedikit sih menyalahkan Mae karena tak pernah menyadari adanya kau selama ini. Aku suka sebal dengannya karena terlalu sibuk dengan orang lain dan tak pernah memikirkan dirinya sendiri.
Dua hari yang lalu sebelum dia yakin untuk mengeluarkan kau dalam tubuhnya, Mae cerita panjang tentang kau padaku. Saat itu ia terisak sambil membawa map yang berisi foto kau. Tak tega aku melihatnya.
Katanya, dia baru saja dari rumah sakit. Dia masuk keruang CT Scan. Dia sendiri waktu itu. Ditemani ketakutannya, dia pasrah saja saat diperiksa dokter. Dilayar itu Mae melihat kau. Tadinya ia ragu, tapi terakhir info dari suster membenarkan adanya kau disana. Bahkan dikeduanya. Kau sudah besar kata suster dan harus segera dikeluarkan.
Tubuh Mae makin gemetar tak karuan mengetahui kenyataan itu. Selain itu, dia kebingungan karena untuk mengambil fotomu saja mahal apalagi mengeluarkanmu dari sana.
Aku meyakinkan Mae untuk segera mengeluarkan kau dengan paksa. Karena jika diundur kau akan berubah menjadi ganas dan memakan tubuh Mae pelan-pelan.

Kamis, 09 Februari 2012

#untitled


“Apa kabarmu?” ujarnya dikeheningan malam saat turun hujan. Hanya tinggal kami berdua disalah satu restoran cepat saji 24 jam saat ini.
“Ceritakan padaku tentangmu saat ini?”
Aku hanya terkekeh. Dari dua jam yang lalu kami mengobrol ngalor ngidul tentang masa-masa sekolah dulu. Kini dia mengalihkan pembicaraan kami.
“Aku ya begini-begini saja. Ya… seperti ini,” aku melihat diriku sendiri.
“Berapa orang yang dekat denganmu selepas dari aku?”
Aku mengerutkan dahi.
Dia mungkin menyadari pertanyaannya yang membuatku sedikit bingung, lalu pandangannya menerawang ke kaca yang sudah dipenuhi rintik air.
“Apakah kau bahagia?”
“Entahlah…” jawabku pasrah. “Aku baru saja berpisah dengan tunanganku kemarin,” tambahku sambil menghela napas panjang.
“Aku tau itu. Kamu tidak pernah berubah. Pasti kau terlalu overprotective. Aku tak menyalahkan tunanganmu untuk masalah ini.”
“Berarti kau menyalahkan aku?”
“Tidak juga.”
“Kau sendiri bagaimana?”
Dia mengangkat bahu. “Tak ada yang seperti mu.”
“Manusia tak kan ada yang sama.”
“Ya… dan sempat terpikir oleh ku barusan untuk mendapatkanmu kembali.”
“Kau gila. Lusa kau akan menikah,” aku menyenderkan tubuh ke bangku.
“Perjodohan itu yang membuatku gila.”

Kamis, 02 Februari 2012

numpang-numpang




Sok Backpaker'an 2


Ceritanya udah nyampe Semarang iki…
Hampir setiap lebaran ke sini. Tapi gak sempet jalan2. Jadi ikut-ikuta kaya si Yo jadi orang awam di sana heu. Singkat cerita malam2 kita habisin muterin simpang lima sama nyari oleh2 di jl.pandadaran. tapi mampir dulu di pecel yang terkenal seantero Semarang, pecel Yu SRI samping simpang lima.

mampir ya kalo ke simpang lima
this is it, pecel alas yu sri (gaya farah quin)

Sok Backpaker'an

Yehaaa… \(^0^)/ akhirnya liburan…
Gue selalu suka tiap akhir semester. Terbebas dari Bunpou dan Kanji. Rasanya dunia lapaaaaaanggg banget! Gue mau bales dendam. Gue harus senang-senang liburan kali ini.
Alhamdulilah, terwujud. Dari tanggal 23-28 Januari kemarin gue habiskan di Semarang dan Malang sama Yo. Padahal tujuan awal stay di Malang, tapi kota kecil itu sedang terkena badai tropis. Alhasil mesti hijrah ke Semarang menyelamatkan diri.  Gagal deh ke Bromo. Liat sunrise, romantic banget kan tuh hihihi.

Tapi meskipun kota kecil, Malang, cukup worth it buat para Backpakers. Hampir setiap objek wisatanya di lewati angkot jadi mempermudah wisatawan. Kotanya gak terlalu rame, tapi asik banget. Di Malang gak afdol kalo gak ke Bromo atau ke Batu. Karena gak mungkin ke Bromo, Batu juga asik buat singgah. Menyambangi JATIMPARK II, membuat gue terkagum-kagum. Dengan latar belakang gunung Semeru, objek wisata secret zoo dan museumnya gak boleh terlewat. Menurut gue, Taman Safari lewat, Ragunan apalagi (mungkin karena bosen kali ya dari kecil ke situ-situ aja ) di sana banyak banget binatang langka yang gak di Taman safari atau Ragunan. Setiap bagian atau jenis binatang ditempat di kandang yang apik. Coba yuk ditengok hasil jepretan si Yo dan gue…

   
ini di depan museum
ini loket masuk sekaligus hotel yang bentuknya dibuat seperti pohon yang ditebang. mantab!

si cantik kasuari putih
flamingo ini sumpah cantiiiikkkkk banget
si Yo serasa jadi aktor di flim KingKong gitu




Senin, 30 Januari 2012

Planet Cinta

Aku Venus. Aku berotasi dengan matahari sama seperti yang lain. Hanya saja arahku berlawanan. Hal itu juga yang membuatku terlihat beda dan menjadi lebih keras kepala ketimbang yang lain. Banyak yang bilang aku ini sebenarnya sangat menarik, hanya saja awan selalu menyelimuti tubuhku hingga orang tak pernah kenal dengan ku lebih dekat.
Pertama kali aku jatuh cinta aku ya dengan Mars. Dia berada bersebelahan dengan orang yang tak ku kenal dengan baik tapi selalu disampingku, Bumi. Aku baru saja mengenalnya dan itu pun tak sengaja. Warnanya yang kemerah-merahan membuat kesan misterius tetapi maskulin. Tak gampang ditebak tetapi terlihat meyakinkan. Dia lebih bersahabat dengan yang lain dibanding aku.
Hampir sebulan kedekatan kami. Tak membuat semua jauh lebih baik. Aku yang tertutup awan berusaha untuk sedikit terbuka. Tapi dirinya yang terlihat bersahabat, malah selalu menarik awan gelap yang akhirnya menutupi dirinya sendiri dariku. Pasca itu, aku sulit melihatnya. Selain ditutup awan gelap, Bumi temannya ikut juga turut menghalang-halangiku.
          “Hei kau, tolong minggir sedikit. Aku ingin melihat Mars!” teriakku ke Bumi.
          Bumi tak menggubris.                                                                 
Sering kali aku memintanya untuk minggir. Tapi dia tetap disana dengan wajah innocent. Oh, Bumi tolonglah aku….
Aku bosan mengharapkan Mars. Kegalauan makin membuatku jauh dengan sekitarnya. Rotasiku yang berlawanan membuat waktu berjalan semakin lama. Kebosanan ini terus menghinggapi, hingga tetanggaku yang selama ini bersama, Merkurius, memintaku untuk menjadi teman dekatnya. Aku dan dia memang sudah dekat sebelumnya. Hanya saja waktu tak pernah mengijinkan kita bersama.
Aku coba menjalani dengan Merkurius. Tak banyak yang aku bisa ketahui tentangnya. Yang ku tahu hanya ada satu pesawat antariksa, Mariner, yang pernah mendekatinya, dan hubungannya menjadi intim hingga sekarang. Aku pun mengenal Mariner. Kita bersahabat. Hubungannya dengan Merkurius terhenti ketika Mariner tak tahan dengan sikap pria itu yang arogan dan angkuh.

Rabu, 18 Januari 2012

kadonya "tawa"


Tepat pukul 00. 00-00.05, 18 januari 2012.
MCdonalds, rawamangun…
“Ini buat,mu… kamu kan ulang tahun…” katanya sembari menyerahkan kantong kresek berwarna putih.
Aku hanya tertawa.
“itu buat mu…” dia ikutan tertawa.
Aku buka kantong plastik itu dan menemukan sepasang sarung tangan sepeda berwarna putih.


“Gue bingung mau pilih warna apa. gue cuma ingat motor mu warna putih jadi gue pilih putih aja.”
“Tapi ini kan sarung tangan sepeda, bukan motor,” ujarku.
“Gak apa, bisa juga kok.”
Aku menjajalnya ditangan.
“Bagus kan?” dia menunggu persetujuanku.
“Haha, iya terimakasih ya… tapi kok gak dikadoin sih?”
“Abis kamu marah-marah mulu sih! Waktu aku mau bungkus eh kamu sms marah-marah, jadi males aku,” paparnya.
Aku jadi malu sendiri. “ah kamu mah gak romantis…” keluhku.
“Hahaha keren kan?!” belanya bangga.
Aku memandangnya sebentar. Dengan muka yang polos, dia kembali melebarkan senyumnya.
Hening sebentar…
Lalu kami tertawa bersama…
Terimakasih, untuk 5 menit itu…

*sebenarnya yang lebih membahagiakan itu "tawa" kami hahaha

Sabtu, 14 Januari 2012

Teduh

Sore itu aku terhenti dihalte bus roxy. Hujan turun disertai petir yang terus berdegum kencang. Aku memakirkan motorku sembarangan disisi kiri jalan tak jauh dari halte. Sudahlah yang penting masih bisa terlihat,pikirku.

Bukan hanya aku saja yang berdiam meneduh disitu. Ada sekitar 15 orang lain ikutan berdesak ketengah halte agar tak basah. Rata-rata mereka masih berpakaian rapih sepertinya baru saja pulang kerja. Lalu lintas didepanku lambat laun juga menjadi padat. Selain karena hujan sehingga pengendara kendaraan bermotor harus mengurangi kecepatannya, tapi juga karena salah kami yang berteduh memakirkan sembarangan kendaraan kami.

Yang berteduh makin lama semakin banyak. Sehingga aku terhimpit ke pinggir. Aku benar-benar kesal. Aku lupa membawa jas hujan sementara aku harus segera membawa surat penting yang tak boleh basah. Bapak botak disampingku innocent sekali, badannya besar terus bergerak menggeserku. Tak menoleh sedikitpun.

Yang lain terus menggerutu. Ibu berparas chinese sibuk membereskan plastik bawaannya. Yang perokok sudah menyembulkan asapnya ke udara. Yang diam sambil menoleh kanan-kiri sepertiku juga banyak. Semua rusuh dengan kesibukan masing-masing ditengah himpitan yang terus mengarahkanku ke arah selokan. Makin banyak bergerak makin aku cepat masuk kedalamnya. Semua sibuk taapi tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya.


Kampreet

disamping ini sahabat terbaik saya. kurang lebih kita sudah berkawan selama lima tahun terakhir ini. pernah nonton sinetron "Kepompong" sekitar tahun 2008, kisah persahabatan SMA yag terdiri dari empat wanita dan satu pria. ya, kami seperti itu. kami mengklaim bahwa mereka yang meniru kami. karena kami resmi dibentuk kira-kira beberapa bulan sebelum sinetron itu keluar dengan nama Kamprettt hahaha


Guna. dia pria satu-satunya di genk kami. (hahaha seperti alay saja saya menyebut kami genk, tapi biarlah, toh kata Raditya Dika, alay salah satu proses menuju pendewasaan :) ). sebagai pria satu-satunya, justru kami yang melindungi dia hehhe. hobinya mendesain baju. kadang juga menjadi fashion desainer kami lewat komentarnya.


"Kamar"


Kamar ini dingin dan sempit. Tiap sudut ada saja barang yang tergeletak tak rapi. Apalagi ditambah aku berbaring. Makin sempit saja. Rasanya kamar ini tak mengijinkan aku untuk beristirahat. Aku terus berdiri agar tetap bisa merasa lega. Tega nian. Fisik sudah lemas begini…
 Tetesan air dikamar mandi terus terdengar.  Pernah aku coba hentikan tetesannya  tapi kerannya sudah rusak barang kali karena terlalu lama berkarat. Terpaksa ku nyalakan mp3 agar ruangan ini menjadi  sedikit ramai. Suara dan bunyi-bunyiaan akustik yang orang lain ciptakan itu mungkin bisa menggantikannya.
Aku berbaring menghadap langit kamar. Hanya terdapat lampu disana. Disitu terlihat lapang dan terang. Jauh dibawahnya ada aku berbaring penuh sesak. Aku ingin dilangit2 kamar, ingin berdiri atau duduk sebentra disamping cahaya itu agar bisa ku lihat jalan keluar dari kamar ini.
*kamar biasanya mempresentasikan pemiliknya

Jumat, 13 Januari 2012

Memainkan peran “Aku”


Tik,tok,tik,tok detik jam dan suara kipas angin menempel di dinding kamar setia menemaniku malam ini. Seharian nyaris tidak ada yang ku kerjakan. Padahal saat ini bukan waktu yang pantas aku diam. Di otakku berbagai ide dan angan ingin menyeruak keluar. Tapi badan seperti enggan menurutinya.
Bukannya malas. Hanya saja saking banyaknya jadi sulit memilih. Aku takut kebiasaan ku meninggalkan setengah angan yang sedang aku rintis untuk menjadi kenyataan terulang. Selalu saja ada pilihan yang membuatku harus meninggalkan semua mimpiku. Katanya mimpiku muluk.
Mulai dari nol lagi setelah setengah berjalan, rasanya sia-sia saja. Aku tak ingin mengidap paham fatalistic. Pasrah menerima segalanya. Terus-terusan mengulang yang sama juga bukan hal yang bagus. Aku seperti keledai saja.
Sebenarnya manusia itu apa? Ketika mereka mempunyai otak untuk berpikir mencari cara agar terbebas dari ketentuan hukum alam, tapi mereka kembali harus di hadapkan dengan sesuatunya yang tak pasti. Ujung-ujungnya harus pasrah juga. Seperti dipermainkan. Aku tak ingin bertengkar dengan Tuhan, karena jelas Dia Maha segalaNya. Aku lelah.