Jumat, 22 Juni 2012

Berwaras Ria


Sudah tengah malam rupanya. Pindah kamar kosan ke atas emang berasa Upik-Abu. Berada di paling atas rumah ibu kosan yang super baiknya. Ini baru bener-bener kosan. Dengan teman-teman perjuangan menuju titik terang perkuliahan dan kerja plus ibu kos yang berasa kaya ibu sendiri saking perhatiannya. Entah kenapa gue berasa hidup kembali. Napas terasa amat sangat lega! Meskipun ini kamar berasa masuk oven kalo siang hehe.
Oke, gue akan sedikit berlari 365 hari yang lalu. Tiba-tiba gue sangat merasa gue bagian dari orang-orang yang beruntung di muka bumi ini #lebaiii… meskipun apa yang menjadi keiinginan gue tidak ada satupun yang terealisasikan. Tapi justeru itu yang menjadikan sebuah anugerah yang luar biasa! Apa jadinya kalau gue nekat keluar kampus? Atau pindah, belum tentu ada tempat dan orang-orang senyaman disini? Terimakasih juga untuk teman-teman jurusan, mereka paling the best di kampus.
365 hari gue lewatin dengan setiap keputusan-keputusan rumit yang harusnya belum bisa gue pilih dan gak harus gue pilih. Apalagi berakibat kontroversi. Tapi entah apa yang merasuki jiwa gue saat itu, terlontar saja kata-kata ‘ya atau baiklah’ nerima saja lalu menyetop semua keadaan dan berlari. Hasilnya inilah gue sekarang. Tak ada satu pun penyesalan dengan apa yang terjadi di waktu itu. Anggaplah itu sebuah lorong yang wajib ibaratnya ‘fardua’in’ kali yang mesti gue lewatin. Dan itu amat sangat indah, meski tangis terumbar dimana-mana.

Mungkin sebagian orang bila ini gak waras. Cemooh atau selentingan ceng-cengan santer terdengar dan gue sadar siapa-siapa aja yang mengatakan itu dan toh akhirnya mereka tergopoh-gopoh juga melihat kenyataan hidupnya sendiri. Harus tertawakah atau ikutan sok-sok miris (#bukan dendam) saat melihat mereka juga berada diposisi yang sama dengan kegalauan tingkat dewa itu? Belum ketemu juga jawabannya sampai saat ini.
Gak ada alasan dan ketegaan untuk memperlakukan orang lain seperti apa yang orang lain lakukan ke gue pada waktu itu. Dipukul 01.29 menit ini gue putuskan untuk sedikit menutup mata hati, telinga, dan pikiran, serta membuang jauh kenyataan apa yang terjadi. Gue takut itu akan terus terendap dan bisa digali kembali suatu saat nanti. Akhirnya menjadikan sebuah gundukan yang akan meninggi lalu menutupi kewarasan yang hidup.
Dibalik apa yang gue tidak punya saat ini, gue merasa sangat BERUNTUNG! Terimakasih buat yang Dzat Yang Maha Tahu… J

2 komentar: