Minggu, 01 April 2012

kuburan pengharapan


"Siap dikubur?" tanya seseorang berpakaian hitam-hitam. Ditangannya terselip sebuah sekop panjang. Didepannya terdapat gundukan tanah merah bekas galiannya sendiri.
Aku mengangguk dengan muka tertutup tangan. Rasanya tak sanggup kehilangannya.
Orang-orang di sekelilingku kembali menasehati, "sebaiknya dikubur, sebelum org itu menyadari dan kau akan tersakiti.”
Aku mengangguk sekali lagi.  Tapi kali ini ketakutan menyelimuti sebagian hatiku. Tetap tak berani melihat.
Baru kemarin 'di episode' sebelumnya aku dalam scean bahagia. Tapi toh tetap saja sulit. Karena sebenarnya hati sedang meronta-ronta kesakitan akibat perlakuan kasarnya. Dan hari ini, harusnya kau tak perlu takut. Karena aku tak sendiri. Ribuan simpatisanku berada dekat denganku. Tak mungkin ‘dia’ kembali bangun. Rasanya ini waktu yang tepat untuk balas dendam. Tak ada yang menghukumku kali ini karena bukan aku yang salah. Tapi cecunguk itu. Aku siap jadi pembunuh!
Aku iyakan smua itu. Dan ku buka mata perlahan…
"Siap?" tanya orang itu sekali lagi. Ya,  aku mngangguk mantap. Perlahan dia dan kenangan itu terkubur Bersama sakit dan sebuah lagu sendu yang mengiringi timbunan pengharapan yang tak pernah menjadi kenyataan...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar